Rabu, 02 Mei 2012

PRISMATIC SOCIETY


Perkembangan administrasi dari negara-negara baru berkembang mendapat perhatian luas, salah satunya terdapat sebuah teori yang dikemukakan oleh Fred W. Riggs yaitu Prismatic Society (masyarakat prismatik). Landasan filsafat teorinya adalah positivisme, organisme dan fenomenologis. Pada umumnya masyarakat di negara-negara tersebut adalah masyarakat transisi, yakni antara masyarakat yang mempunyai karakteristik tradisional sekaligus modern. Dengan kata lain, masyarakat sekarang sedang menghadapi masa transisi, yakni suatu masyarakat yang sedang menuju masyarakat modern, periode post-agraris menuju pra-industri.
Keadaan masyarakat demikian dikatakan sebagai prismatic society, yaitu masyarakat transisi di antara masyarakat agraria ke masyarakat industria. Menurut Fred W. Riggs, masyarakat prismatik mempunyai tiga ciri utama.
1.    Heteroginitas yakni perbedaan dan percampuran yang nyata antara sifat-sifat tradisional dan modern. Pada masyarakat yang sedang berada dalam proses industrialisasi dan modernisasi, dimana yang lama dan yang baru berada dalam suatu campuran yang heterogen, kadang-kadang mempunyai kesan bahwa administrasi dapat dilihat sebagai hal yang terpisah.
2.    Overlapping merupakan gambaran kelaziman adanya tindakan antara berbagai struktur formal yang dideferensiasikan dan dispesialisasikan dengan berbagai struktur informal yang belum dideferensiasikan dan dispesialisasikan.
3.    Formalisme menggambarkan adanya ketidaksesuaian dalam kadar yang cukup tinggi antara berbagai hal yang telah ditetapkan secara formal dengan praktek atau tindakan nyata di lapangan. Ketidaksesuaian antara norma-norma formal dengan realita. Semakin formalistis situasi administrasi maka semakin kurang pengaruhnya terhadap perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang digariskan. Sebaliknya, bila satu sistem sangat realistis, maka realisme tersebut dapat dicapai hanya melalui usaha yang terus-menerus untuk mempertahankan persesuaian.   

Pendekatan Struktural-Fungsional

Suatu struktur adalah setiap pola perilaku yang telah menjadi ukuran dasar suatu sistem sosial. Jadi, suatu biro pemerintahan dapat dilihat sebagai suatu “struktur”, atau perangkat keseluruhan struktur yang terdiri dari sejumlah besar kegiatan yang dilakukan oleh para pegawai dalam suatu biro. Struktur mencakup juga tindakan-tindakan, yang hanya berhubungan dengan tujuan serta kerja biro. Adapun fungsi ialah setiap konsekuensi dari suatu struktur, sejauh mempengaruhi struktur-struktur lain atau sistem secara keseluruhan dimana struktur itu merupakan bagiannya. Analisa struktural tentu saja menjurus kepada pengkajian fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh struktur, dampaknya terhadap struktur yang relevan lainnya.
Ciri-ciri hubungan umum antara struktur dan fungsi akan membantu mengenali perbedaan penting antara sistem administratif tradisional, transisi dan modern. Berdasarkan fungsi-fungsi yang dilakukan, struktur beragam adanya. Dengan pengertian ini, keluarga, terutama keluarga besar masyarakat tradisional, boleh jadi melaksanakan beberapa fungsi yang sangat luas, tidak hanya berperan sebagai pelacak keturunan atau reproduksi biologis, tetapi juga dalam fungsi pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan keagamaan. Sebaliknya suatu biro statistik tenaga kerja memiliki fungsi yang jauh lebih terbatas dan eksklusif, seperti mengumpulkan serta mengkomunikasikan jumlah pengangguran dan tingkat upah.
Apabila satu struktur melaksanakan sejumlah besar fungsi, maka struktur tersebut “tersebar secara fungsional” dan disebut model memencar (diffracted); yang demikian merupakan gambaran masyarakat modern. Bilamana satu struktur melaksanakan fungsi terbatas, maka struktur tersebut “khusus secara fungsional” dan disebut model memusat (fused); yang demikian merupakan gambaran masyarakat tradisional. Sedangkan masyarakat prismatik (transisi) adalah antara kedua masyarakat sebelumnya tradisional dan modern. Terminologi tersebut diambil dari analisa cahaya dan fisika menunjuk pada proses di mana cahaya yang berwarna putih dipencar oleh panjang garis gelombang ke dalam spektrum pelangi berwarna banyak.
Sinar yang menyatu terdiri dari semua frekuensi, seperti halnya dengan sinar berwarna putih; sedang sinar yang membias memisahkan komponen frekuensi, seperti dalam spektrum. Oleh karena itu, struktur komponen masyarakat “yang memusat” sangat menyebar; sedang dalam masyarakat “diffracted” sangat terinci.

Model Prismatik

Dalam setiap masyarakat, proses diferensiasi tidak terjadi secara tiba-tiba dan pada tingkat kecepatan yang sama. Bagaimana sebenarnya pemencaran itu terjadi? Bayangkan sebuah prisma melalui mana sinar yang menyatu berwarna putih melewati sebuah layar dan melahirkan cahaya bias, sebagai sebuah spektrum pelangi. Warna-warna yang terpencar walaupun berbeda-beda dapat ditangkap.

Riggs melandaskan teorinya itu atas dasar tingkatan fungsionalisasi yang telah berkembang di dalam suatu masyarakat. Di dalam fused society, fungsi- fungsi tersebut masih terpusat dan sistem organisasinya belum berkembang, sedangkan di dalam diffracted society fungsi-fungsi tersebut telah terpencar dan organisasinya telah berkembang. Model prisma menunjukkan masa transisi dan berada di antaranya, dan merupakan model dari birokrasi di banyak negara berkembang.
Riggs kemudian mempelajari lebih lanjut hubungan antara tingkat diferensiasi dan tingkat kinerja dalam konteks paradigma prismatic society-nya. Dengan teori-teorinya itu, sistem yang maju atau diffracted adalah yang skala diferensiasi dan kinerjanya tinggi, sedangkan sistem yang agak terdiferensiasi dan kinerjanya rendah adalah prismatik, yaitu birokrasi umumnya di negara berkembang.
Model administrasi negara di dalam masyarakat negara sedang berkembang yang berciri prismatik adalah “model sala”. Karakteristik heterogenitas, formalisme dan overlapping mewujud dalam model sala. Administrasi di masyarakat prismatik itu ada dan memiliki prosedur tetapi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Dalam birokrasi sala demikian birokrasi modern rasional ala Weber berlangsung sama dengan “birokrasi tradisional”. Ada struktur formal, tetapi fungsi-fungsi administratif dilaksanakan berdasarkan hubungan-hubungan kekeluargaan ini menimbulkan berbagai kelompok yang disebut prulal community dan solidaritas di antara anggota kelompok. Norma-norma formal yang didesain sebagai hukum dan pedoman perilaku dapat dikalahkan oleh norma-norma yang mengikat hubungan kekeluargaan dalam kelompok-kelompok tersebut. Keadaan ini menggiring ke arah penyatuan antara kepentingan birokrasi (negara) dengan kepentingan pribadi. Akhirnya timbul berbagai ketidakadilan pelayanan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Negara-negara transisional dipengaruhi oleh standar atau model-model eksternal, yaitu suatu struktur organisasi formal dengan fungsi administrasi manifes ketimbang melembagakan tingkah laku yang sesuai. Oleh karena itu, dalam masyarakat transisional ternyata banyak struktur administrasi hanya bersifat formal di permukaannya saja, sedang kegiatan administrasi yang efektif hanya merupakan fungsi laten dari lembaga yang telah ada sebelumnya dan lebih kabur. 
Jika terdapat pengklasifikasian semua individu, atau sifat dalam suatu masyarakat tertentu ke dalam suatu skala yang memanjang antara kutub yang memencar dan memusat, maka dapat dibuat tipe baku suatu “kurva distribusi frekuensi”. Hal ini kemuadian akan menemukan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi di sekitar butir yang dekat dengan kutub memusat dan memencar itu masing-masing untuk masyarakat pertanian dan industri.
Sebaliknya, kurva distribusi masyarakat transisi akan menunjukkan jajaran variasi yang luas antara masyarakat pedalaman yang masih sangat tradisional dan masyarakat pusat kota yang telah modern. Tipe kurva heterogenitas tersebut menunjukkan pola distribusi model prismatik. Model prismatik menyatukan masyarakat yang sangat tradisional dengan masyarakat yang relatif memusat sebagaimana yang terlihat dalam daerah ABC Gambar 1.2, maupun sifat yang relatif memencar sebagaimana terlihat di daerah DEF. Tetapi sebagian besar karakteristik model jelas ditunjukkan oleh daerah BCDE yang mungkin sekali akan ditemukan baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan, khususnya di kota-kota kecil.
Berdasarkan konsepsi tipe masyarakat menurut Fred W. Riggs, Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai negara dengan tipe masyarakat prismatik (prismatic society) yang diwarnai dengan pluralitas etnik, linguistik, religik, dan aliran.  Indonesia termasuk negara yang kaya keragaman. Sebagai bangsa prismatik, bangsa Indonesia belum dapat dikatakan sebagai bangsa modern dengan segala atributnya; juga bukan bangsa tradisional dengan segala aspek primordialisme dan sosialitasnya. Modernitas dan tradisionalitas telah membaur menjadi satu dalam masyarakat yang plural; padahal kedua jenis masyarakat tersebut memiliki karakteristik yang amat berbeda bahkan sering menjadi sumber konflik.

Referensi

http://www.jstor.org/stable/2390823, diakses pada tanggal 9 Maret 2012.
Rigss, Fred W. 1964. Administration in Developing Countries: The Theory of Prismatic Society. Boston: Houghton Mifflin Company.
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1990. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar