Senin, 13 Desember 2010

KOMPETISI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG PENGERTIAN FILSAFAT

Kemunculan filsafat yang dipandang sebagai dasar berpikirnya manusia adalah tiada lain sebuah anugerah yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia. Oleh karena itu, manusia di muka bumi ini dapat melakukan suatu proses yang dinamakan berfilsafat. Berfilsafat itu sendiri berasal dari kata dasar filsafat. Kata filsafat diambil dari bahasa Yunani, yang pada masa Yunani Kuno (abad IV-VI) filsafat telah mulai berkembang dengan pesat. Bila didefinisikan dari asal katanya atau secara etimologis filsafat berasal dari kata philosophia, yaitu merupakan gabungan dari dua kata philos dan sophia. Philos berarti sahabat, cinta, teman, atau kekasih, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan, ilmu, pengetahuan, atau kearifan. Dengan demikian, filsafat berarti cinta hal-hal yang sifatnya pengetahuan/kebijaksanaan, atau juga diartikan senang/suka mencari ilmu dan kebenaran ataupun kebijaksanaan.
Berpikir secara filsafat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global/menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan.­
Orang pertama yang menggunakan istilah philosophia adalah Pythagoras. Dengan proses filosofis menjadikan filsafat melahirkan suatu ilmu melalui teori-teori kajian sehingga filsafat dapat disebut sebagai induk segala ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Filsafat juga bersifat priori, yang berarti kesimpulan ditarik tanpa pengujian tetapi pemikiran dan perenungan. Beberapa definisi filsafat dari berbagai tokoh filsuf, diantaranya:
·      Phytagoras (572-497 SM) philosopia berarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan kebijaksanaan itu sendiri.
·      Plato (427-347 SM) mengartikannya sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang hakiki lewat dialektika.
·      Aristoteles (382–322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang kebenaran.
·      Al-Farabi (870–950 ) mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan hakekat alam yang sebenarnya.
·      Descartes (1590–1650) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang tuhan, alam dan manusia.
·      Immanuel Kant (1724–1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
·      Merriam-Webster dalam kamusnya filsafat adalah literally the love of wisdom, in the actual usage, the science that investigates the most general facts and prinsciplesof reality and human nature and conduct: logic, ethics, aesthetics and the theory of knowledge.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana hakikat kebenaran segala sesuatunya.
Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.
Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.
Sebuah kompetisi dapat muncul dalam segala bidang hal. Dua orang anak bersaudara yang saling memperebutkan makanan yang mana keduanya sama-sama saling menginginkan barang yang sama tersebut, juga perebutan kekuasaan kepala negara maupun perebutan kursi di DPR adalah contoh dari sebuah kompetisi, mulai dari yang sederhana hingga pada hal persaingan yang serius yang sangat kompetitif. Tentu hal-hal demikian mengakibatkan persaingan demi mendapatkan tujuan yang diinginkan dan yang akan dicapai tersebut dengan menggunakan berbagai macam cara. Pada saat itulah secara otomatis muncul hasrat untuk saling (resiprok) mengalahkan di antaranya.
Terdapatnya makna filsafat di dalam sebuah kompetisi yaitu menafsirkan bagaimana sebuah kebenaran yang hakiki yang mencari kenyataan kebenaran dari semua problem karena filsafat mengkaji gejala fenomena kehidupan manusia, termasuk pemikiran manusia yang kritis. Sehingga filsafat menciptakan pemikiran-pemikiran kritis yang mendasar dari sebuah tindakan. Filsafat memainkan peranan mengajarkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup, dimana tidak menutup kemungkinan manusia saling berkompetisi disamping bekerjasama. Kompetisi merupakan perwujudan tindakan-tindakan serta prilaku. Bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku adalah implikasi dari makna filsafat yang bertujuan menjadikan manusia yang susila yang merupakan sebuah nilai kebenaran.

Daftar Pustaka
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Meliono, Irmayanti, dkk. MPKT, Buku Ajar I, Logika, Filsafat Ilmu, dan         Pancasila. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar